Medan Belawan, R24J
PT Belawan New Container Terminal (BNCT), bersama DP World dan PT Pelindo Terminal Petikemas, menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan lingkungan melalui rehabilitasi eks lahan sawit seluas 22 hektare menjadi kawasan mangrove produktif pada 26 November 2025 baru baru ini di Desa Sei Baharu, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Transformasi ini menjadi langkah nyata perusahaan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan kerusakan ekosistem pesisir.
Sebagai bagian dari kegiatan simbolis, ratusan bibit bakau ditanam bersama para volunteer dari PT Evergreen Shipping Agency Indonesia, MTT Shipping Sdn Bhd, Maersk, CMA CGM, dan CTP Line, yang turut ambil peran dalam upaya rehabilitasi tersebut. Kolaborasi lintas sektor ini menegaskan bahwa perlindungan lingkungan adalah tanggung jawab bersama seluruh pelaku industri maritim.
Rehabilitasi kawasan ini dirancang tidak hanya untuk memulihkan ekosistem pesisir, tetapi juga untuk mendukung Silvofishery Crab Farming, yakni model budidaya kepiting bakau yang berpadu dengan pemulihan mangrove. Melalui pendekatan ini, kawasan tersebut diharapkan menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat setempat sekaligus menjadi benteng alami terhadap abrasi dan banjir rob
Hal tersebut diungkapkan oleh Corporate Secretary BNCT, Rizki Affandi Nasution, melalui Pers realece nya, Selasa 3/12/25
Ia mengatakan bahwa konversi lahan sawit yang sudah tidak produktif menjadi kawasan mangrove merupakan simbol penting dari komitmen BNCT terhadap keberlanjutan.
“Kami ingin memastikan bahwa pertumbuhan perusahaan selalu berjalan seiring dengan perbaikan lingkungan. Mengubah lahan sawit menjadi hutan mangrove bukan hanya langkah ekologis, tetapi bentuk nyata kepedulian BNCT terhadap masa depan pesisir dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada kelestarian alam,” ujar Rizki
Rizki menambahkan bahwa upaya ini sangat relevan dengan kondisi banjir dan penurunan kualitas pesisir yang terjadi di beberapa wilayah Sumatera.
“Mangrove mampu meredam gelombang, menahan erosi, dan menyimpan karbon dalam jumlah besar. Ini adalah investasi jangka panjang untuk ketahanan kawasan pesisir,”katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Program rehabilitasi 22 hektare ini diharapkan menjadi contoh transformasi positif di Sumatera Utara, bahwa eks lahan sawit dapat kembali menjadi ekosistem hijau yang memberi manfaat ekologis, sosial, dan ekonomi.(simon)


0 Komentar