Diduga Oknum PUPR Sumsel Ada Main Proyek Normalisasi Parit , Excavator Pindad Pakai BBM Oplosan



Banyuasin, www.radar24jam.com 

Sejumlah masyarakat di wilayah kecamatan Air Salek Kabupaten Banyuasin, keluhkan pengerjaan proyek normalisasi parit sekunder di desa Saleh Agung, Saleh Mukti dan saleh makmur Kecamatan Air Salek . Pasalnya dalam pengerjaan proyek ini dinilai lamban dikarenakan sering terjadi kerusakan beberapa alat Excavator yang dioperasikan dalam pengerjaan proyek tersebut. (Kamis 9/10/25).


Menurut informasi warga/ petani yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, "Proyek ini sudah Hampir 3 bulan namun belum selesai salah satu Penyebabnya alat tersebut sering mengalami kendala kerusakan diduga BBM solar yang digunakan dalam pengoperasian alat berat/ excavator tidak sesuai standar industri/ oplosan serta kotor dan berwarna gelap, hal inilah yang menyebabkan kerusakan pada alat tersebut. 


Dalam penelusuran investigasi beberapa media dan Lembaga Swadaya Masyarakat pada Rabu (8/10/25),

Tim mendatangi lokasi proyek namun tidak ada pekerja dan alat dalam kondisi mati tidak beraktivitas , selanjutnya tim mengecek tempat penyuplai BBM alat tersebut yang berlokasi di Desa Srikaton.


Menurut keterangan warga setempat bahwa BBM solar yang dipakai dalam proyek normalisasi parit sekunder di wilayah Kecamatan Air Salek, BBM nya berwarna kehitaman dan kotor, Kuat dugaan ini adalah BBM Oplosan , sehingga sering menyebabkan kerusakan pada alat berat milik Pindad tersebut hal ini dinilai bisa menimbulkan kerugian Negara, dan merugikan para petani .


Menurut informasi narasumber ,"BBM diangkut oleh mobil transfortir angkutan bermerk, PT.PHP dari Palembang dan diturunkan di Kecamatan Muara Padang kemudian dimasukkan kedalam drum yang sudah tersedia lalu didistribusikan ke Air salek pengirimannya melalui ponton,"Jelasnya .


Dalam hal ini masyarakat resah dan khawatir kalau BBM dengan kualitas yang tidak bagus digunakan tentu akan berdampak buruk dengan alat, lingkungan dan akhirnya menghambat pekerjaan, jika dipaksa menggunakan BBM tersebut, mesin alat Excavator Pindad tersebut mengalami kerusakan, sulit dinyalakan dan bahkan mogok saat beroperasi sehingga pekerjaan terhambat .


Hal ini tentu sangat merugikan Negara dan masyarakat karena mengganggu aktivitas dan terhambatnya pekerjaan Normalisasi Parit Sekunder yang menjadi sumber masyarakat desa untuk mengaliri sawah nya.

“Kalau alat tersebut menggunakan BBM yang ini bisa sangat merugikan bahkan menimbulkan dugaan dugaan saling mencurigai ”, ujarnya .


Sementara Aktivis Sumsel Didi dari Lembaga GBBKI sangat menyayangkan, kalau memang kualitas BBM industri yang dipakai tidak sesuai standar atau oplosan kualitas buruk tentu banyak yang dirugikan, masyarakat dan Negara bukan hanya bisa merusak mesin alat berat tapi juga berpotensi membahayakan kesehatan, keselamatan, pencemaran lingkungan karena proses pengerjaan proyek ini jadi terhambat.


Kami berharap pemerintah daerah, aparat penegak hukum, serta instansi terkait seperti Pertamina dapat segera turun tangan untuk menyelidiki temuan ini. Mereka juga meminta agar distribusi BBM yang berkualitas segera dipulihkan dan proyek normalisasi ini berjalan dengan baik sesuai program dari bapak presiden Prabowo.


Sementara itu tim PPK PU di air Salek saat dihubungi via WhatsApp hingga berita ini diterbitkan belum memberikan tanggapan. Keresahan ini menambah daftar panjang permasalahan distribusi BBM di wilayah Kabupaten Banyuasin. Diharapkan ada penanganan serius agar kerugian Negara tidak bertambah banyak.

( Arwin & Tim).

Posting Komentar

0 Komentar